Kamis, 24 Maret 2011

dirinyapun menanti selama 19 tahun

H
ai, namaku Elisa ertamy, tapi aku biasa di panggil shasa. Sekarang aku berumur 16 tahun kelas 2 SMA, dan sama sekali ‘BELUM’ pernah PACARAN. Semua orang bingung ada apa sih denganku, setelah aku pikir-pikir apa yang kurang dari ku ? bayangkan , aku tajir ( ya iyalah , secara ayah punya segudang perusahaan yang populer dan penghasilan bejibun ), aku cantik ( yah, aku blasteran Canada – indonesia ) , multitalenta, and so pasti tercerdas di sekolahku. Selama ini banyak sih yang ‘nembak’ aku, tapi nggak ada yang nyangkut di hati. Contahnya aja, Dimas, cowok yang populer di sekolah , lumayan ganteng , tapi dia tuh nggak bisa biasa alias ‘ALAY’, yaks !
Tapi sebenernya aku naksir sama temen ku yaitu MARTIN. Anaknya manis, keren, tipe-tipeku lah, dia itu cowok kelas sebelah , memang sih anaknya gokil abis, tapi aku nggak bisa nahan waktu dia main gitar.

“ ehem ! “ , aku terbangun dari lamunan autisku

Soalnya, rey and dira sohibku yang udah aku kenal selama 16 tahun mencubit pipiku yang berwana putih ke pink-pink’an itu.

“ Pasti lagi ngelamunin Martin deh ! “ ucap dira

“ Yeee, biarin aja suka-suka aku kan ! “, ucapku sambil menjulurkan lidahku keluar, tiba-tiba ada tangan yang datang menepuk bahuku

“ aww sakit tau, apa’an sih ka .. “ belum sempet aku melanjutkan amarah dan kata-kataku ternyata yang menepuk bahuku, MARTIN ?

Aku melotot dan diam seribu bahasa, aku masih nggak percaya kalo itu martin,

“ Kayak ketemu hantu aja loe nyet ! kenapa sih muka loe nggak bisa santai banget ? “ ucap Martin

“ Biasa anak satu ini kan nggak bisa kalo ketemu pujaan hat.. “ belum sempet rey melanjutkan kata-kata aku langsung menutup mulutnya,

“ehehee , jangan dengerin anak satu ini tin ! “ sambil nyengir aku member alas an kenapa aku mennutup mulut Anggi, kalo nggak kututup rahasiaku kebongkar dong , pikirku dalam hati

“ Oh yayaya, eh nyet loe mau nggak gue ada tiket Bruno mars nih,  satu buat loe aja deh sepupu gue nggak jadi ikutan, mau nggak ? “, martin menyodorkan tiket itu kearah ku, secepat kilat kuambil tiket itu

“ehehehe tau aja kamu aku suka banget sama Bruno mars “ ucapku, dira dan rey yang melihatku tertawa terbahak-bahak,

“ Ya udah ya nyet, jangan lupa datang lo nyet awas kalo nggak “

“ okeoke, i’ll come to this concert , thanks tin ! “ ucapku berbunga-bunga,

“oh iya, dandan yang cantik, gue nggak mau tau pokoknya gue nggak mau ngeliat loe KUCEL, REMBES, atau apa lah, yang malu kan gue ntar dikira gue bawa monyet ! “

“ MARTIN ! “ teriakku kesal, Martin berlari kembali ke kekelasnya sambil tertawa jail

Seharian penuh aku senyum-senyum sendiri, rasanya seperti mimpi aku bisa dapet tiket nonton berdua sama Martin, kulihat tiket itu dan aku berjalan berputar-putar di lantai 3 tiba-tiba

“ Bruuuuk ! “, 

aku menabrak orang, karena aku kaget aku melarikan diri
 Aku berjalan menuju gerbang sekolah, 10 menit aku menunggu didepan gerbang sekolah menunggu jemputan,tiba-tiba ada tangan lembut dan hangat menyentuh pundakku, aku menoleh kebelakang, dan aku melihat seorang cowok manis, dengan kulit sawo matang, senyum yang baik, dan mata yang jernih dan kalem.

“ Permisi, ini puny aloe kan ? “ dengan suaranya yang lembut dan kata-katanya yang sopan dia menyodorkan tiketku yang terjatuh

“ Hah ? kok bisa ada di kamu, makasih ya ! “, aku berterima kasih kepada cowok itu, cowok itu Cuma tersenyum manisnya dan pergi pulang. Dan baru pertama kali aku terpesona pada orang selain Martin. Saat aku pulang kerumah ku pajang tiket itu di kamarku, dan mempersiap kan baju apa yang akan aku pakai nanti, saat aku menyiapkan baju untuk ke concert itu sekilas aku berpikir, siapa cowok ganteng itu ya ?
Aku baru pertama kali lihat cowok itu, atau mungkin karena aku hanya memperhatkan Martin dan nggak liat sekitarku ? rasanya aku sering bertemu cowok itu di seberang gerbang sekolah.

“ Ah, bodo amat yang penting aku bisa nge-date sama Martin “, gumamku
Tok,tok,tok  bunyi pintu kamarku,

“ Hi, lili you look so happy , tell me about your school today ? “

“ Hi dad, hari ini lili dapet tiket  from Martin, I’m so happy , yay ! “
Ayahku tersenyum dan memberikanku sebuah kalung berbentuk bintang, dad selalu tahu bintang adalah bentuk kesukaanku,

  thanks dad, love you !

  love you too, sweet heart “ , ucap dad sambil memelukku

Lili that neckele will show you who is your true love, when your mom was a teenager she wear that neckele your mom meet me, your dad now
Kata dad kalo aku pake kalung ini , kalung ini bakal menunjukkan siapa cinta sejatiku, contohnya aja my mom and dad. Dengan segera aku memakai kalung itu, aku nggak sabar mau melihatkan kalung ini ke Anggi. Keesokan paginya, aku buru-buru soalnya aku terlambat, rambutku yang panjang dan lurus kusisir secepat mungkin, roti gandum kesukaanku kubawa dan kumakan di perjalanan, dengan segera aku memasuki Limosinku, supir pribadiku menyetir bagaikan dikejar hantu hanya karena aku terlambat, setelah sampai aku berlari secepat mungkin kekelas, sebelum perjalananku kekelas aku melihat Martin dan seorang cewek yang cantik berpelukan, aku kaget dan langsung berlari kekelas, aku yang tak kuat menahan air mata, terpaksa harus menangis sewaktu pelajaran, guru-guru nggak berani untuk menegurku karena sekolah ini punya kakekku.

“ Jadi selama ini aku bertepuk sebelah tangan ? “ Tanyaku pada dira,

“ Sebenarnya sih iya, tapi gue nggak tega ngeliat loe nangis kayak gini “ , ucap dira sambil menghapus 
tangisku

“ Rasanya bakal lama aku ngelupain Martin, dir “

“ Sha, cowok itu nggak cuma Martin aja, masih banyak kok cowok yang lebih baik dari Martin “
Setelah kupikir-pikir ada benarnya juga apa kata dira, cowok itu nggak cuma Martin aja. Aku yang berniat 
ngelupain Martin, segera melampiaskan rasa sedihku dengan bermain biola di atap sekolah yang udah lama nggak dipakai orang . Saat aku sedang bermain biola tiba-tiba

“ Woyy , berisik tau ! “ suara yang lantang , rasanya aku nggak asing sama suaranya

“ Jangan berisik nyet, loe nggak liat apa gue lagi tidur ! “
suara itu, panggilan ‘nyet’ , cuma Martin yang panggil aku kayak gitu, ternyata benar MARTIN !
Dengan riang aku menuju Martin dan lupa niatku buat ngelupain Martin, aku dan Martin bercakap-cakap sebentar dan saling bercanda satu sama lain. Untung aku belum berniat mau merobek tiket yang di kasih Martin. Aku segera kembali kekelas dan bercerita semuanya ke Anggi,

“ Ujung-ujungnya loe balikan nih sama Martin ? “ ucap Rey, sambil garuk-garuk kepalanya

“ ehehe, kayaknya sih yak “ ucapku polos

“ eh sha, kalo boleh jujur  sih gue rada nggak sutuju sama hubungan loe sama si kampret “

ihhh, jahat kok panggil kampret sih ?! “ ucapku sedikit kesal

“ yah, ntar loe juga bakal tau, dan loe bakal nyesel deh suka sam si kampret  satu ni ! “,
Rey pergi meninggalkan  ku yang termenung sendiri , apa maksud nya sih ? kok tiba-tiba dia marah-marah ? aneh ! sekilas aku berpikir akan memakai baju apa nanti waktu nge-date sama Martin

“ pakai baju yang feminism ! “ ucap dira

“ hah ? kok tiba-tiba kamu nyambung aja sih ! “

“ haa otak loe tuh apa sih isinya selain Martin, Martin, Martin ! “ ucap dira sambil memutar-mutar tangannya

“ hemm, emang kalo aku pakai baju feminism Martin bakal terpesona sama aku ? “
Dira hanya menaikkan pundaknya yang berarti nggak tau , aku udah nggak sabar nunggu konser Bruno Mars !

Keesokan harinya,
aku mendengar suara mom and dad  sedang memper siapkan sesuatu aku yang keluar kamar serentak kaget,

dad,  mom mau kemana ? “

mom is going to London   jawab ayahku singkat,

Tampak ada rasa kekhawatiran dari dalam wajahnya, aku yakin pasti sesuatu yang buruk.
Berangkat sekolah, aku masih terpikirkan apa yang terjadi di rumah tadi. Mom, where are you going ? tapi kayaknya sebentar lagi aku bakal lupa apa kejadian di sekolah karenaaaaaa….
Ada Martin ! yayy !

Ting tong ting tong,
suara bel sekolah yang menandakan bahwa ada pengumuman yang akan datang,

“ dengan sangat menyesal , saya umumkan turut berduka cita atas kepergian ayahanda dari siswa sekolah kita bernama, Reyhan Setyo Hermawan telah meninggal pada tanggal 11 maret 2011, sumbangan akan digelar dan turut berduka cita “
Ayah Rey ?!
Aku yang kaget, dan hamper menangis mendengar kabar itu masih nggak bias percaya bahwa ayah Rey meninggal ?!
Aku berlari mencari Rey, keliling sekolah. Kantin , kelasnya, dimana pun dia nggak ada. Aku termenung dan menangis akan peristiwa yang terjadi, Rey pasti sedang menangis sekarang. Air mataku yang tak bisa ku hentikan, tiba-tiba datang Rey dihadapanku ?!

“ hoy, ngapain loe nangis ? “

“ hah , Rey ?! “, spontan aku memeluk Rey, memeluknya erat

“ hoy, ngapain si loe , gue baru dating udah dipeluk-peluk, segitu kangennya y aloe sama gue ? “

“ aku pikir kamu bakal sedih atau gimana gitu , jadi .. “, baru sadar aku memeluk Rey secara spontan aku teriak

“ Ngapain kamu meluk-meluk aku ?! “ teriakku

“ eh loe yang duluan meluk-meluk gue ! enak aja loe nuduh-nuduh gue sembarangan ! gue bakal pindah besok “
Taman sekolah jam 11.11 siang , tempat dimana aku akan melihat Rey untuk terakhir kalinya,

“ bagus lah nggak ada yang ganggu aku, buat PDKT sama Martin ! “

“ hemm, kalo itu mau loe kayaknya bagus ya kalo gue pindah “,
dengan wajah sedihnya Rey pergi meninggal kanku disini sendiri, aku sama sekali nggak bisa baca apa yang ada di pikiran Rey. Apa aku salah ngomong ya ke Rey sampai dia semarah itu sama aku ?

to be continue .......